Diakui atau tidak, dunia industri telah memegang kendali sejumlah sistem terpenting dalam dunia pendidikan, terutama pada peran industri teknologi penyimpanan data.

Implikasi terbesarnya tentu pada biaya. Campur tangan industri dalam sistem teknologi pendidikan mengakibatkan tingginya ongkos pendidikan. Kini, Blockchain mulai mengambil alih sistem teknologi pendidikan di seluruh dunia.

Pengambilalihan dimulai dari peningkatan sistem pencatatan hingga pemeliharaan data catatan yang lebih baik. Bahkan, transaksi pembayaran untuk kebutuhan pendidikan kini perlahan beralih menggunakan teknologi Blockchain.

Cara-cara baru untuk menerapkan teknologi Blockchain di sektor pendidikan tinggi terus bermunculan. Pada 2017, University of Melbourne mulai menggunakan blockchain untuk mengeluarkan kredensial mahasiswa secara digital.

Hal tersebut memungkinkan mahasiswa untuk membagikan salinan kualifikasi mereka secara langsung kepada pemberi kerja dan pihak ketiga lainnya dalam sistem antirusak.

Data kualifikasi mahasiswa tersebut tentu dalam kondisi yang telah terverifikasi oleh sistem dan tidak dapat diubah sembarangan. Sebuah sistem rekrutmen SDM yang menarik, bukan?

Ironisnya, pada 2019, Gartner, sebuah badan survei internasional, melakukan survei pada para CIO untuk menanyakan pendapat responden pendidikan tinggi tentang bagaimana penerapan teknologi blockchain dalam dunia pendidikan. Hasilnya, hanya 2% dari semua responden yang menjawab bahwa mereka telah menerapkan blockchain. Sebanyak 18% menjawab bahwa mereka akan melakukannya dalam 18 hingga 24 bulan ke depan. Mayoritas 47% mengatakan bahwa mereka “tidak tertarik” dan mereka ingin menunggu.

Terkait hasil survei tersebut, Vice President Gartner, Terri-Lynn Thayer, mengatakan bahwa para CIO pendidikan tinggi harus tetap merawat rasa penasaran mereka tentang potensi blockchain.

Mereka harus berfokus pada manfaat praktis penggunaan blockchain dalam waktu dekat, sambil terus mengawasi potensi transformatif jangka panjangnya, kata Thayer.

Menurut Thayer, pemanfaatan Blockchain yang terlalu ambisius juga tidak baik bagi keseluruhan ekosistem pendidikan yang telah terbentuk sedemikian rupa.

Untuk lebih mendapat gambaran bagaimana Blockchain mentransformasi dunia pendidikan, baca empat manfaat Blockchain dalam bidang pendidikan berikut ini.

Meningkatkan Kinerja Sistem Pencatatan

Salah satu pemanfaatan Blockchain yang paling menjanjikan untuk pendidikan tinggi adalah mengambil alih sistem “penyimpanan catatan” gelar, sertifikat, dan diploma.

Selain itu, Blockchain juga membuat sistem kredensial digital dan menempatkannya di bawah kendali pelajar tanpa perlu perantara untuk memverifikasi keasliannya kembali ke perguruan tinggi. Dalam sebutan lain dikenal dengan istilah legalisasi (pengesahan ulang dengan stempel instansi).

Blockchain juga dapat digunakan untuk akreditasi lembaga pendidikan – proses yang kompleks di banyak negara, termasuk Indonesia. Sistem Blockchain memungkinkan pihak akreditator untuk memverifikasi kualitas lembaga, atau kualifikasi individu untuk mengajar berdasarkan data terekam.

Kemampuan teknologi Blockchain untuk meningkatkan pencatatan juga membuatnya cocok secara alami untuk memecahkan masalah manajemen kekayaan intelektual (HAKI). Misalnya, DLT bisa digunakan untuk menentukan apakah suatu ide atau penemuan unik adalah asli milik seseorang. Bisa juga untuk mendaftarkan aset, hak cipta, dan paten atas suatu ide.

Catatan Prestasi Pendidikan

Ijazah universitas berbasis Blockchain“, kira-kira hal tersebut yang akan dikerjakan teknologi ini. Tentunya ini adalah lompatan besar ke depan. Dapat dikatakan pemanfaatan utamanya adalah pembuatan transkrip virtual atau catatan semua pencapaian pendidikan sepanjang hidup seseorang.

Transkrip seumur hidup yang dapat diverifikasi akan mengurangi penipuan data CV; memperpendek alur transfer mahasiswa antar universitas; mengurangi overhead yang terkait dengan verifikasi kredensial; dan membuat perpindahan atau pertukaran pelajar antarnegara menjadi lebih mudah.

Inovasi pendidikan ini melampaui target dasar pencatatan data. Dengan sistem Blockchain, tidak hanya berupaya merampingkan proses, penyimpanan data juga berpotensi menjadi sebuah sistem besar yang efisien.

Sistem Pembayaran Tanpa Hambatan

Selama ini proses pengolahan pembayaran siswa/mahasiswa adalah sistem padat karya. Tidak hanya melibatkan tenaga keuangan universitas, tetapi juga memerlukan perantara bank dan segala perangkat karyawan serta sistemnya.

Bayangkan, bagaimana sistem pembayaran ini mungkin melibatkan siswa/mahasiswa, orang tua, lembaga pemberi beasiswa, lembaga keuangan, pemerintah, dan lembaga pendidikan. Kini, bayangkan Blockchain, hanya melibatkan Blockchain.

Sistem DLT membuat prosesnya jauh lebih mudah dan praktis. Faktanya, blockchain akan memungkinkan siswa untuk menyimpan dana berbasis cryptocurrency mereka sendiri, yang seharusnya dapat digunakan dari waktu ke waktu untuk membayar biaya pendidikan tinggi mereka.

Meskipun banyak lembaga pendidikan enggan menerima crypto sebagai pembayaran, ada beberapa pengecualian, seperti King’s College di New York City. Mereka adalah salah satu universitas pertama di dunia yang mulai menerima pembayaran berbasis cryptocurrency.

Langkah ini juga menghilangkan semua “biaya tersembunyi” yang tidak tampak dalam perhitungan biaya pokok pendidikan, seperti biaya admin perbankan dan administrasi keuangan kampus. Dengan demikian, kemungkinan besar biaya pendidikan juga dapat dijangkau dan menjadi lebih murah.

Ruang Pengajaran dan Penyimpanan Data Pengajaran

Mengingat keserbagunaannya, teknologi blockchain dapat menangani banyak tugas menarik. Misalnya, pelajaran, kursus, tes, dan kuis dapat dikodekan ke dalam sistem blockchain dan dijalankan sendiri ketika semua kondisi kualifikasi diverifikasi.

Sebagaimana diketahui, adanya fitur “kontrak pintar” atau smart contract dari blockchain dapat dengan mudah memverifikasi ketika tugas telah selesai. Dan lebih lanjut, teknologi kontrak pintar menjadikannya alat yang ideal untuk mengevaluasi kinerja siswa.

Selain itu, teknologi blockchain juga dapat digunakan oleh universitas dan mahasiswa untuk mendapatkan akses ke ruang penyimpanan yang lebih banyak. Ya, pada kenyataannya tidak semua institusi pendidikan tinggi mampu membeli terabyte penyimpanan cloud untuk semua file mereka.

Selama pandemi ini, pemerintah Indonesia mengatur 75% kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring. Umumnya, kampus bahkan sekolah-sekolah memanfaatkan sistem atau aplikasi terintegrasi. Kepikiran nggak sih berapa biaya yang dikeluarkan untuk semua penyimpanan data pendidikan selama dua tahun ini? Blockchain dapat memberikan solusi masalah tersebut.

Meski tetap membutuhkan biaya operasi, tetapi sistem penyimpanan dengan Blockchain relatif lebih murah, aman, dan mudah dibandingkan sistem penyimpanan daring biasa. Nah, tinggal kita tunggu kapan kampusmu bergerak ke sini. Kapan ya?

Protected with blockchain timestamps